membandingkan perekonomian Indonesia era Presiden Joko
Widodo dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat periode SBY, pertumbuhan
ekonomi
memang lebih tinggi dari saat ini. Namun hal tersebut
dinilai karena meningkatnya harga komoditas global.
Berbeda dengan kondisi di zaman Jokowi, sejumlah harga
komoditas anjlok. Tak hanya itu, kondisi juga diperparah dengan adanya perang
dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketidakpastian kebijakan
Presiden AS Donald Trump.
"Zaman Pak SBY terjadi commodity boom, menyebabkan
ekspor membaik, merambat ke sektor lain karena pendapatan juga naik, seperti
konsumsi rumah tangga," ujar Peneliti Institute for Development of
Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada kumparan,
Selama sepuluh tahun masa kepemimpinan SBY, pertumbuhan
ekonomi melaju di kisaran 5-6 persen. Pencapaian tertinggi pada 2011 sebesar
6,5 persen dan terendah pada 2009 dengan pertumbuhan ekonomi 4,5 persen
Pada era pemerintahan SBY, harga minyak sempat menembus
level tertinggi, yakni mencapai USD 146 per barrel pada Juli 2008. Sehingga
fokus pemerintah saat itu adalah meningkatkan subsidi energi bagi masyarakat.
Penambahan anggaran infrastruktur dilakukan Presiden Jokowi.
Sektor konstruksi terus menunjukkan tren meningkat. Selain itu, PDB juga
didukung sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; industri pengolahan; serta
perdagangan besar dan eceran.
Pertumbuhan ekonomi tercatat 4,79 persen pada 2015.
Tahun-tahun berikutnya, angka tersebut tidak naik terlalu signifikan. Tercatat
pertumbuhan ekonomi pada 2016 sebesar 5,02 persen dan 2017 sebesar 5,07 persen.
Berdasarkan angka, pertumbuhan ekonomi di era Jokowi memang
terlihat lebih rendah dibandingkan era SBY. Namun perlu dicatat, masa
kepemimpinan Jokowi baru berlangsung kurang dari lima tahun dan belum bisa
dibandingkan dengan era kepemimpinan sebelumnya yang selama sepuluh tahun.
membandingkan perekonomian Indonesia era Presiden Joko
Widodo dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat periode
SBY, pertumbuhan
ekonomi
ekonomi di era SBY dan Jokowi berdasarkan data Badan
Pusat Statistik
SBY Periode I 2005: 5,60 persen 2006: 5,50 persen
2007: 6,32 persen 2008: 6,10 persen 2009: 4,50 persen
SBY Periode II 2010: 6,10 persen 2011: 6,50 persen
2012: 6,23 persen 2013: 5,78 persen 2014: 5,02 persen
Jokowi 2015: 4,79 persen 2016: 5,02 persen 2017: 5,07
persen 2018: 5,1-5,2 persen (proyeksi) 2019: 5,2-5,3 persen (proyeksi)